Strategi Cerdas Amankan Data di Era AI dan Cloud Modern
- Rita Puspita Sari
- •
- 17 Jul 2025 19.07 WIB

Ilustrasi AI Security
Di era digital yang bergerak sangat cepat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu pendorong utama transformasi bisnis. Alat berbasis AI seperti ChatGPT dan Microsoft Copilot kini digunakan luas untuk meningkatkan efisiensi, kreativitas, dan pengambilan keputusan. Namun, di balik manfaat besar tersebut, muncul tantangan baru yang tidak kalah serius: keamanan data.
Menurut Laporan Risiko Data 2025 yang dirilis oleh Zscaler ThreatLabz, perusahaan kini menghadapi risiko kehilangan data dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Laporan ini mengungkap bagaimana AI dan teknologi cloud telah membuka celah-celah baru dalam perlindungan data, yang jika tidak segera diatasi, bisa berujung pada kebocoran data besar-besaran.
Fakta dan Temuan Laporan Risiko Data 2025
Laporan Zscaler ThreatLabz menganalisis lebih dari 1,2 miliar transaksi yang diblokir oleh platform keamanan mereka dari Februari hingga Desember 2024. Dari data tersebut, terungkap empat jalur utama penyebab kebocoran data:
-
Aplikasi AI Jadi Jalur Kebocoran Data Baru
Alat seperti ChatGPT, Copilot, atau Bard semakin populer digunakan oleh karyawan dalam aktivitas sehari-hari. Sayangnya, sering kali data sensitif seperti nomor jaminan sosial, informasi pribadi pelanggan, hingga dokumen perusahaan dibagikan tanpa disadari ke sistem AI generatif.AI memang dapat membantu mempercepat pekerjaan, namun tanpa pengawasan dan kontrol yang tepat, sistem ini bisa menjadi “black hole” tempat data penting menghilang tanpa jejak. Ini menjadi perhatian serius, mengingat sebagian besar sistem AI saat ini berjalan di cloud dan di luar infrastruktur internal perusahaan.
-
Ledakan Kehilangan Data di Aplikasi SaaS
Lebih dari 3.000 aplikasi SaaS digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, tercatat 872 juta pelanggaran data sepanjang 2024 saja. Aplikasi seperti Slack, Zoom, Google Workspace, hingga Trello seringkali digunakan tanpa batasan keamanan yang ketat.Masalah muncul ketika pengguna menyimpan, mengunggah, atau membagikan data sensitif melalui platform ini, terutama jika perangkat atau jaringan mereka tidak sepenuhnya aman. Ancaman ini kian besar dengan tren kerja hybrid atau remote, di mana karyawan mengakses aplikasi SaaS dari berbagai lokasi.
-
Email Masih Jadi Sumber Masalah Klasik
Meskipun sudah ada banyak teknologi komunikasi modern, email tetap menjadi sarana utama bocornya data penting. Dalam periode analisis, hampir 104 juta transaksi email menyebabkan kebocoran data dalam skala miliaran file.Salah satu praktik paling berbahaya adalah mengirimkan dokumen penting melalui email tanpa enkripsi, atau mengklik tautan phishing yang mencuri informasi. Ironisnya, karena sifat email yang sudah terlalu umum digunakan, banyak organisasi yang menyepelekan keamanannya.
-
File Sharing Tanpa Perlindungan = Risiko Tinggi
Google Drive, Dropbox, OneDrive adalah layanan berbagi file yang sangat populer. Namun, laporan Zscaler mencatat 212 juta insiden kebocoran data yang terjadi melalui layanan ini. Sering kali, file yang dibagikan tidak dilindungi dengan izin akses yang memadai, atau dikirim ke pihak luar tanpa kontrol keamanan.
Kenapa Strategi Lama Tak Lagi Cukup?
Teknologi berkembang jauh lebih cepat daripada kebijakan keamanan data yang diterapkan banyak perusahaan. Di masa lalu, mungkin cukup dengan firewall, antivirus, dan kebijakan akses jaringan standar. Tapi kini, saat AI, SaaS, dan kolaborasi lintas platform menjadi norma, pendekatan lama tidak lagi memadai.
Masalahnya, sebagian besar kebocoran data tidak terjadi karena serangan hacker profesional, tetapi karena kesalahan manusia, kurangnya kesadaran, atau kelemahan sistem internal.
Perusahaan perlu lebih dari sekadar ‘bereaksi’. Mereka harus proaktif dengan strategi keamanan yang:
- Berbasis AI dan otomatis
- Terpadu di semua sistem dan aplikasi
- Real-time dan mampu menganalisis pola anomali
- Fleksibel untuk menangani penggunaan perangkat dan lokasi kerja yang bervariasi
Solusi Nyata untuk Masa Depan Keamanan Data
Zscaler ThreatLabz tidak hanya mengidentifikasi masalah, tapi juga menawarkan sejumlah rekomendasi yang dapat diadopsi perusahaan agar tetap aman dan relevan di era AI:
-
Implementasi Zero Trust Architecture (ZTA)
Zero Trust bukan sekadar istilah teknis. Ini adalah filosofi keamanan yang menyatakan bahwa tidak ada perangkat atau pengguna yang dipercaya begitu saja, meskipun berada di dalam jaringan perusahaan. Setiap permintaan akses harus divalidasi dan diverifikasi secara ketat.
Dengan Zero Trust, perusahaan bisa:- Mencegah penyebaran malware dari satu perangkat ke seluruh jaringan
- Memastikan hanya pengguna yang sah yang bisa mengakses data sensitif
- Melacak dan membatasi akses berdasarkan konteks (misalnya lokasi, perangkat, waktu)
-
Gunakan AI untuk Pemantauan Aktivitas
Alih-alih menunggu serangan terjadi, AI bisa digunakan untuk memantau dan mendeteksi perilaku mencurigakan secara otomatis. Misalnya:- Apakah seorang karyawan tiba-tiba mengunduh ribuan file?
- Apakah ada aktivitas login dari negara asing?
- Apakah ada data sensitif yang diunggah ke chatbot AI?
AI bisa mengidentifikasi pola tidak biasa dan mengirimkan peringatan ke tim IT bahkan sebelum terjadi kebocoran nyata.
-
Edukasi dan Pelatihan Karyawan
Teknologi paling canggih pun tidak ada gunanya jika pengguna tidak paham cara menggunakannya. Sebagian besar kebocoran data hari ini disebabkan oleh kelalaian pengguna.
Oleh karena itu, penting untuk:- Melakukan pelatihan rutin tentang keamanan siber
- Memberikan simulasi serangan (seperti phishing) sebagai bentuk edukasi
- Mendorong budaya kerja yang peduli keamanan data
-
Batasi Akses dan Fungsi Aplikasi AI Generatif
Aplikasi seperti Copilot atau ChatGPT sebaiknya:- Tidak bisa mengakses seluruh direktori file secara bebas
- Hanya diizinkan memproses data publik atau non-sensitif
- Menggunakan teknik seperti data masking untuk menyamarkan informasi pribadi
Perusahaan juga bisa menggunakan sistem DLP (Data Loss Prevention) untuk mendeteksi dan memblokir upaya pengiriman data ke aplikasi pihak ketiga tanpa izin.
Menuju Masa Depan yang Aman dan Cerdas
Data adalah aset paling berharga di era digital. Ketika digunakan secara cerdas, data bisa menjadi sumber keunggulan kompetitif. Namun, ketika disalahgunakan atau bocor, dampaknya bisa sangat merusak, baik secara reputasi maupun finansial.
Laporan Risiko Data 2025 menjadi panggilan penting bagi semua pemimpin bisnis, manajer TI, dan profesional keamanan. Dunia telah berubah. Ancaman tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam sistem itu sendiri didorong oleh AI, cloud, dan perilaku digital manusia.
Mari hadapi tantangan ini dengan solusi yang inovatif, terintegrasi, dan berbasis AI—karena hanya dengan begitu, kita bisa menciptakan dunia digital yang lebih aman dan berkelanjutan.